Jumat, 14 November 2014

SEJARAH ASAL MULA MASYARAKAT SAMIN YANG BERADA DI KECAMATAN MARGOMULYO, KABUPATEN BOJONEOGORO

Sejarah Samin Di Bojonegoro
Desa Margomulyo, Kec Margomilyo, Kab Bojonegoro Jawa Timur terdapat sebuah dusun yang terletak ada di tengan-tengan hutan jati dan tepat berada di perbatasan Kota Ngawi. Dusun tersebut bernama dusun jepang, di dusun jepang tersebut hidup seorang kakek keturunan Ki Samin dan tujuh anaknya. Kakek tersebut bernama Harjo Kardi, yang akrab di sebut dengan  Mbah Harjo atau Mbah Kardi . Mbah Harjo Kardi adalah cicit dari R. Surontiko yang bergelar Ningrat Jawa R. Surowijoyo.                 

Menurut narasumber Mbah Harjo, dari R. Surowijoyo yang masih keturunan Raja, sejak kecil didik oleh orang tuanya (Raden mas Adipati Brotoningrat) mengenal lingkungan kerajaan. Setelah R. Suryowijoyo berabjak dewasa  orang tuanya memikirkan penderitaan rakyat dalam penjajahan orang belanda.. Berangan-angan ingin meninggalkan kehidupan kerajaan, dan  membaur rakyat jelata dan melawan penjajah.

Pada suatu hari dengan langkah mantap R. Suryowijayo keluar dari istana dan mulai membaur dengan rakyat jelata. Selanjutnya R. Suryowijoyo sering merampok orang kaya yang menjadi kaki tangan Belanda, kemudian hasil rampokan tersebut dibagi-bagikan kepada orang miskin.

Pada tahun  1840 R. Suryowijoyo mendirikan perkumpulan pemuda yang di berinama “TIYANG SAMI AMIN” Dari nama perkumpulan pemuda itulah muncul istilah Samin.
Samin sendiri yang artinya sama maksudnya bersama-sama mebela negara indonesia. Dalam perkumpulan ini pemuda di ajarakan tingkah laku yang baik terhadap sesama dan Jangan sampai melakukan hal yang semena-mena, harus berjiwa besar , sabar, dan harus menentang penjajah kata R. Suryowijoyo. Hal serupa di ajarkan kepasa anak cucunya dan juga memberi pesan kepada anak cucunya yang ada di mana saja untuk menolak membayar pajak kepada penjajah. Oleh karena itu pada masa penjajahan Belanda, anak cucu R. Suryowijoyo menolak membayar pajak kepada penjajah belanda.

R. Suryowijoyo memperluas daerah kekuasaanya dan akhirnya sampailah ke Bojonegoro mulai dari Kecamatan Kanor terus meluas sampailah perbatasan provinsi Jawa Timur - Jawa Tengah yaitu antara Dusun Jepang yang ada di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro dan desa ploso kabupaten Blora. Di daerah perbatasan Bojonegoro - Blora yang di ketuai putra R. Suryowijoyo yang bernama R. Kohar menginjak dewasa R. Kohar memakai sebutan “Samin Surowijoyo atau Samin Anom. 

Sejak saat itu ketika ayahnya menghilang tak tahu kemana R. Kohar atau Samin Anom hidup morat-marit tanpa harta benda. Dengan bekal pengalaman dari ayahnya, meyusun kekuatana baru dan merencanakan mendirikan kerajaan R. Surowijoyo atau Samin Sepuh. R Kohar atau yang biasa di kenal Samin Anom memiliki gagasan yang baik, beliau mendekati masyarakat dan mengadakan perkumpulan di balai desa atau di lapangan. 

Di dalam kesempatan ini R.kohar atau Samin Anom berpidato
“Cur Demah Eling Bilih Siro Kabeh Horak Sanes Durum Pandowo, Lan Wis Nyipati Kabrakalan Krendah Mojopahit Sangkeng Bakrage Wadyo Musuh. Mulo Sakuwit Biyen Kolo Niro Puntodewo Titip Tanah Jowo Marang Hing Sunan Kalijogo. Hiku Maklumat Suwilo Kajangdoko”. Pidato tersebut di ucapkan dalam bahasa jawa Blora dan Bojonegoro. Maksud pidato Ki Samin Anom adalah “Orang samin itu keturunan satria pandawa. Prabu puntadewa, saudara tak bersedia menolong tanpa pamrih”.

Ajaran ki samin berkaitan dengan ilmu unduk jiwa raga, jasmani dan rohani mengandung 5 saran, yaitu:
  1. Kehendak yang didasari usaha pengendalian diri.
  2. Dalam beribadah kepada yang maha kuasa harus menghormati sesama mahluk tuhan.
  3. Dalam mawas diri, melihat batin sendiri setiap saat dan menyelaraskan dengan lingkungan.
  4. Dalam menghadapi bencana/bahaya yang merupakan cobaan dari yang maha kuasa.
  5. Berperang pada budi pekerti. 
Kelima saran ajaran Ki Samin tersebut merupakan senjata yang paling baik dan memiliki khasiat yang ampuh, karena dalam kehidupan banyak godaan dari segala arah.

Cerita Ki Samin Anom sudah habis di tangkap Belanda dan dibuang tak tentu rimbanya. Kerena secara terus terang beliau menentang Belanda dan mempunyai gagasan yang membangun negara asli pribubi ini tanpa campur tangan orang kulit putih. Walaupun Ki Anom termasuk kedua putranya yang bernama Karto Kemis dan Paniyah. Sebelum Ki Samin Anom di tangkap belanda. Putrinya yang bernama Paniyah dinikahkan dengan Suro Kidin dan mempunyai 9 putra. Salah satu putranya bernama Surokarto Kamidin yang biasa di panggil Kamidin. Ki Suro Kamidin menpunyai 4 anak. Dari keempat anak Kasimin salah satunya bernama Harjo Kardi. Mbah Harjo Kardi itulah yang sampai sekarang keturunan Samin yang masih hidup di daerah perbatasan Bojonegoro - Ngawi. Tepatnya di dusun jepang, kecamatan Margomulyo kabupaten Bojonegoro.

Mbah Hardi Karjo sampai sekarang di tahun 2014 masih memegang teguh pesan eyang buyutnya yang di sampaikan melalui ayahnya, agar membangun manusia seutuhnya. Harus pasrah semeleh, sabar, nrimo ing pandum, seperti air telaga tidak bersuara

Dengan adanya hal tersebut di atas. Mbah Harjo Kardi meneruskan tetang pemahaman yang keliru. Mengenai arti “Samin”. Istilah samin mempunyai arti sami-sami angin, maksudnya bersama-sama melakukan hal-hal yang baik, bertekat mengusir penjajah dan ingin punya negara-negara yang tentram. Secara bersama-sama bergotong royong menuju masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila.

Anggapan semua orang tentang Suku Samin itu semua salah, dan tolong jangan beranggapan kalau Samin itu adalah suku. Samin yang sebenarnya adalah Samin Pejuang bukan Suku Samin kata mbah Hardi Karjo membenarkan pemikiran orang - orang



Sumber : http://www.ayobojonegoro.my.id/2010/04/asal-mula-masyarakat-samin-margomulyo.html
Penulis : Awan

1 komentar: